Ini Alasannya, Indonesia Bisa Alami Resesi Seks

Life Style

Foto Ilustrasi

Jakarta, Spasi-id.com – Resesi seks mulai disebut-sebut sejak 2021. Penurunan angka kelahiran hingga jumlah populasi manusia di beberapa negara yang terus berkurang menjadi cikal bakal munculnya istilah resesi seks.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Mungkinkah Indonesia mengalami resesi seks?
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, bahwa meski tak ada penurunan jumlah kelahiran dan populasi penduduk yang signifikan, resesi seks mungkin saja terjadi di Indonesia.

Alasannya, adalah tren gaya hidup masyarakat di zaman sekarang. Perubahan gaya hidup masyarakat membuat kemungkinan resesi seks tak bisa terhindarkan.

Berikut beberapa alasan Indonesia bisa menyusul China dan Jepang mengalami resesi seks, meski tanpa adanya penurunan jumlah kelahiran dan populasi penduduk.

  1. Banyak anak muda memilih melajang
    Pernikahan memang menjadi hal yang sakral. Namun, saat ini banyak anak muda yang memilih hidup melajang dan sendirian.

Jikapun ada yang mau menikah, rata-rata pernikahan dilakukan di atas 30 tahun hingga sulit mendapat keturunan.

“Ya,kira-kira usia 30-an baru pada nikah. Kan, susah hamil,” kata Hasto.

  1. Gaya hidup dan pola pikir
    Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap organ reproduksi baik pria maupun wanita. Gaya hidup anak muda saat ini cenderung tidak teratur, misal merokok, begadang, hingga konsumsi makanan tidak sehat.

“Bukan hanya itu, pola pikir mereka juga cenderung idealis. Berpikir lebih baik tidak punya anak dan hidup sebagai lajang seumur hidup atau tidak punya anak meskipun sudah menikah,” kata Hasto.

  1. Perceraian
    Angka perceraian di Indonesia terus mengalami peningkatan. Ini berakibat pada jumlah kelahiran yang juga bisa menurun.
  2. Masalah mental
    Orang dengan gangguan kejiwaan dan masalah mental terus meningkat. Emosi yang tidak stabil ini menyulitkan seseorang memiliki pasangan, bahkan punya anak.

“Saya menyebutnya anak muda yang ‘error’, mental emotional disorder. Ini sangat berpengaruh juga terhadap resesi seks yang mungkin bisa terjadi di Indonesia,” katanya.