
Foto Runner Cedera/istimewa
Jakarta, Spasi-id.com – Seorang pelari yang mengalami cedera untuk tidak menunda-nunda proses penanganan dan pemulihan sehingga tidak menjadi cedera berlanjut serta bisa kembali berkompetisi.
“Ketika kita cari tahu dan kita diberikan penanganan yang tepat, maka kita tidak membuang-buang waktu sehingga akhirnya kita bisa kembali berlari lagi dan bisa kembali berkompetisi,” kata Dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO. seperti dikutip Antara.
Riset yang diterbitkan di jurnal PLOS One mencatat rata-rata 19-79 persen pelari atau 8 dari 10 pelari mengatakan pernah mengalami cedera.
Sedangkan pada Jurnal Sports Medicine juga menunjukkan bahwa jenis cedera yang paling sering dialami yaitu overuse injury atau cedera berlebihan yang muncul dari akumulasi mikrotrauma dan disebabkan oleh ketegangan berulang.
Andi menjelaskan bahwa cedera sebelumnya yang tidak tertangani dengan benar merupakan faktor risiko terbesar pada cedera lari.
Kebanyakan fenomena, terutama pada pelari bukan atlet, menurut pengamatan Andi, cenderung membiarkan cedera sehingga dapat menjadi sakit berlanjut.
“Seorang pelari itu sering banget cedera sebelumnya, tapi terus tidak ditangani sehingga akhirnya jadi cedera atau ditahan-tahan karena mau maraton, ikut Berlin Marathon, Chicago Marathon, dan segala macam,” kata Andi.
Ketika mengalami cedera, pelari perlu mengetahui proses penanganan pertamanya, mulai dari melindungi cedera, istirahat selama dua atau tiga hari pertama, kompres cedera dengan es, balut cedera, serta tinggikan posisi kaki yang cedera.