Jakarta, Spasi-id.com – Meski telah dinyatakan sembuh, ternyata Infeksi SARS-CoV-2 dapat memberikan efek jangka panjang, bahkan setelah pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19. Salah satu efek jangka panjang yang patut diwaspadai para penyintas Covid-19 adalah masalah otak.
Menurut studi dalam Nature Medicine, masalah neurologis tampak tujuh persen lebih tinggi terjadi pada penyintas Covid-19 dibandingkan pada orang yang belum pernah terkena Covid-19. Beberapa masalah otak yang mungkin ditemukan pada penyintas adalah strok, migrain, dan depresi.
Sekilas, angka tujuh persen mungkin terlihat sedikit. Namun bila dibandingkan dengan jumlah yang ada di dunia saat ini, jumlahnya bisa sangat signifikan. Di Amerika Serikat misalnya, persentase tersebut setara dengan 6,6 juta orang yang mengalami masalah otak akibat infeksi SARS-CoV-2.
Studi Klinis Covid-19 Washington University
“Beberapa hal menunjukkan efek jangka panjang yang sangat merusak, ini merupakan bagian dari long Covid,” jelas peneliti senior dan ahli epidemiologi klinis dari Washington University, Ziyad Al Aly MD, seperti dilansir WebMD, Kamis (29/9/2022).
Studi ini dilakukan oleh tim peneliti dari Washington University School of Medicine dengan menggunakan rekam medis milik 154 ribu veteran Amerika Serikat. Para veteran ini terdiagnosis positif pada periode 1 Maret 2020 hingga 15 Januari 2021.
Tim peneliti juga menggunakan data dari 5,6 juta orang yang tak terkena Covid-19 pada periode tersebut sebagai pembanding. Tak hanya itu, tim peneliti juga menggunakan data pembanding yang berasal dari 5,8 juta orang sebelum virus ini terdeteksi di Amerika Serikat.
Selama studi berlangsung, tim peneliti memantau 44 macam gangguan otak yang dialami oleh para penyintas Covid-19, baik yang sempat dirawat di rumah sakit maupun yang tidak. Beberapa dari masalah otak tersebut adalah strok, migrain, depresi, gangguan kecemasan, dan brain fog atau kesulitan berkonsentrasi.
Cakupan partisipan yang lebih luas membuat studi ini berbeda. Seperti diketahui, beberapa studi serupa sebelumnya hanya berfokus pada penyintas yang dirawat di rumah sakit.
Dari studi ini, tim peneliti menemukan bahwa masalah otak ternyata tak hanya mengenai penyintas Covid-19 yang sebelumnya mengalami gejala berat dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. Masalah otak juga ditemukan pada penyintas yang sebelumnya sehat dan hanya mengalami gejala ringan.
“Tak peduli apakah Anda muda atau tua, wanita atau pria, atau apa ras Anda. Tak peduli apakah Anda merokok atau tidak, apakah Anda memiliki kebiasaan tak sehat atau masalah kesehatan lain,” kata Al Aly.
Hanya sedikit sekali para partisipan yang sudah menerima vaksin Covid-19. Alasannya, vaksin baru diedarkan di Amerika pada Desember 2020. Menurut Al Aly, pemberian vaksin dapat menurunkan risiko masalah otak jangka panjang akibat Covid-19 sekitar 20 persen.
Follow spasi-id on Instagram @spasi.official