Update Gencatan Senjata Israel–Hamas terkini

News
Gencatan Senjata Israel–Hamas di GAZA
Gencatan Senjata Israel–Hamas di GAZA (chatgpt)

Spasi-id. Gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza resmi diberlakukan sejak 10 Oktober 2025. Kesepakatan ini menjadi langkah penting menuju stabilisasi kawasan setelah lebih dari dua tahun konflik bersenjata yang menewaskan puluhan ribu warga sipil.

Perjanjian tersebut dimediasi oleh Amerika Serikat dengan dukungan Mesir dan Qatar. Dalam kesepakatan tahap pertama, Israel setuju membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina, sementara Hamas membebaskan 20 warga Israel yang masih hidup setelah dua tahun disandera di Gaza.

Selain pembebasan sandera, Hamas juga menyerahkan jenazah dua warga Israel, yang diidentifikasi sebagai Sersan Muhammad al-Atrash dan Inbar Hayman. Dengan demikian, total jenazah sandera yang telah dikembalikan mencapai sepuluh orang.


Pemulihan dan Bantuan Kemanusiaan

Usai gencatan senjata, arus bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza meningkat secara signifikan. Truk berisi bahan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis mulai masuk melalui perbatasan Rafah. Namun, badan-badan kemanusiaan memperingatkan masih adanya kekurangan fasilitas medis dan air bersih, terutama di wilayah utara Gaza yang mengalami kerusakan parah akibat serangan udara.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sebagian besar rumah sakit di Gaza masih beroperasi di bawah kapasitas normal akibat kekurangan listrik dan bahan bakar. Beberapa rumah sakit darurat didirikan oleh organisasi internasional di wilayah Khan Younis dan Deir al-Balah untuk menampung pasien tambahan.


Reaksi Politik dan Tantangan Perdamaian

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa meskipun gencatan senjata telah dimulai, “perjuangan belum berakhir” hingga seluruh sandera Israel berhasil dipulangkan dan ancaman dari Hamas dapat dihentikan secara total.

Sementara itu, juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanou, menegaskan bahwa pihaknya akan mematuhi gencatan senjata selama Israel menghentikan operasi militernya di wilayah Palestina dan membuka akses penuh untuk bantuan kemanusiaan.

Beberapa laporan menyebutkan adanya insiden kecil pelanggaran gencatan senjata, namun kedua pihak belum mengonfirmasi secara resmi keterlibatan mereka.


Kondisi Pengungsi dan Situasi di Lapangan

Ribuan warga Palestina yang sebelumnya mengungsi ke selatan kini mulai kembali ke wilayah utara Gaza setelah situasi dinilai relatif aman. Namun, banyak di antara mereka mendapati rumah dan infrastruktur hancur total.

“Tidak ada tempat untuk kembali. Rumah kami rata dengan tanah,” ujar Amal Nasser, warga Gaza Utara, seperti dikutip dari Associated Press.

Selain itu, proses identifikasi jenazah korban masih terus berlangsung di tengah keterbatasan fasilitas forensik di Gaza. Para relawan kemanusiaan internasional bekerja sama dengan otoritas setempat untuk membantu proses tersebut.


Data Korban dan Dampak Perang

Menurut data otoritas kesehatan Gaza, sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, sedikitnya 67.000 warga Palestina tewas, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara di pihak Israel, lebih dari 1.200 korban jiwa tercatat sejak awal konflik.

Kerusakan infrastruktur di Gaza mencakup lebih dari 60 persen gedung publik, termasuk rumah sakit, sekolah, dan fasilitas air bersih. Bank Dunia memperkirakan biaya rekonstruksi Gaza dapat mencapai lebih dari US$ 15 miliar dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.


Upaya Diplomatik Lanjutan

Sejumlah negara, termasuk Uni Eropa dan Turki, menyerukan agar gencatan senjata ini dijadikan langkah awal menuju perdamaian jangka panjang. Amerika Serikat menyatakan akan terus memantau implementasi kesepakatan dan berkomitmen mendukung proses rekonstruksi Gaza melalui bantuan finansial dan diplomasi regional.

Meskipun gencatan senjata memberi harapan baru, para pengamat menilai tantangan besar masih menanti. Keberhasilan perdamaian jangka panjang akan sangat bergantung pada komitmen kedua pihak untuk menahan diri, menghormati kesepakatan, serta membangun kembali kepercayaan masyarakat di tengah luka mendalam akibat konflik yang berkepanjangan.


GHS
Editor: Redaksi Spasi-id