Ini Dia Manfaat Menjaga Kesehatan Gigi

Health

Foto ilustrasi

Jakarta, Spasi-id.com – Kebersihan dan kesehatan gigi perlu sangat dijaga untuk menghindari berbagai penyakit masuk ke dalam tubuh akibat bakteri dan virus yang ada pada kotoran dan bekas makanan pada sela – sela gigi.

Pasalnya, selain mencegah berbagai bakteri dan penyakit masuk ke dalam tubuh, menurut penelitian, kesehatan dan kebersihan gigi ternyata bisa mencegah demensia loh.

Merujuk pada penelitian yang digelar di Finlandia, mendapati bahwa sekitar seperlima orang yang menderita penyakit gusi dan kehilangan gigi lebih mungkin terkena kondisi demensia. Nah, sebaliknya, pemeriksaan rutin gigi dan kesehatan gigi dapat membantu menangkal demensia.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, yang menemukan hubungan serupa antara kesehatan mulut yang buruk dan demensia.

Salah satunya penelitian dalam Journal of American Geriatrics Society, yang mengumpulkan data dari 47 penelitian sebelumnya yang meneliti hubungan antara penurunan kognitif (demensia) dan kesehatan mulut dengan hasil bahwa ada pengaruh kesehatan mulut terhadap demensia.

Bakteri yang ada dalam gusi atau gigi, disebut bisa menyebabkan gusi berdarah dan akan mencapai saraf otak yang dapat membahayakan organ.
Peneliti, Dr. Sam Asher dan timnya juga meneliti makalah tentang kehilangan gigi akibat penyakit gusi yang parah. Penelitian dilakukan dengan meneliti data dan memeriksa catatan medis ribuan orang.

Menurut analisis yang dilakukan, orang dengan penyakit gusi dan kehilangan gigi, 23 persen lebih berisiko mengalami penurunan kognitif atau demensia, seperti dilansir dari Daily Mail,Sabtu (10/9/2022).

Dijelaskan lebih lanjut, selain bisa menyebabkan demensia, Akademisi dari University of Eastern Finland di Kuopio menemukan bahwa periodontitis (bentuk penyakit gusi yang parah) dapat menyebabkan pengeroposan tulang rahang dan celah di bawah gigi. Tidak hanya itu, penyakit gusi yang parah dapat merusak jaringan ikat yang menjaga gigi tetap pada tempatnya.

Meskipun penelitian masih bersifat observasional dan belum ada bukti yang jelas untuk identifikasi awal individu yang berisiko dan langkah-langkah yang paling efisien untuk mencegah kerusakan saraf kognitif.